Pengelolaan Pembelajaran
A. Pengertian
Pengelolaan
Pengelolaan itu
berakar dari kata “Kelola” dan istilah lainnya yaitu “Manajemen” yang artinya
ketatalaksanaan, tata pimpinan. Maka disimpulkan pengelolaan itu adalah
pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan atau proses yang
memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan
dan pencapaian tujuan.
Banyak didefenisikan oleh para ahli tentang pengelolaan :
·
Terry ,
mengartikan pengelolaan sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya melalui usaha orang lain.
·
Jhon D. Millet,
pengelolaan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada
orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan.
·
Andrew F.
Siulus, pengelolaan pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasion,
komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi
dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efesien.
·
Stoner
sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko, adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya manusia dan daya organisasi lainya, agar mencapai
organisasi yang telah ditetapkan.
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan adalah
serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi,
mengendalikan, dan mengembangkan segala upaya di dalam mengatur dan mendayagunakan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mencapai tujuan organisasi.Agar
bisa tercapai hasil yang optimal, maka segala sesuat perlu pengelolaan.
Pengelolaan atau
disebut juga dengan manajemen adalah pengadministrasi, pengaturan atau penataan
suatu kegiatan yang akan dilakukan. Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu
proses penyelengaraan interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Dunkin
dan Biddle, proses pembelajaran berada dalam empat variable interaksi, yaitu;
1.Variable pertanda (presage variables) berupa pendidik,
2.Variable konteks (contex variables) berupa peserta didik,
3.Variable proses (process variables),
4.Variable produk (product variables) berupa perkembangan peserta
didik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang optimal, maka keempat variabel pembelajaran tersebut
harus dikelola dengan baik. Adapun pengelolaan variabel dalam pembelajaran
diantaranya:
a. Pengelolaan Siswa
Siswa dalam Kedudukan kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) merupakan “produsen” artinya siswa sendirilah yang mencari tahu
pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki
kemampuan yang beragam, karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja
perorangan, berpasangan, berkelompok, siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan
sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa
dikelompokkan secara campuran sebagai kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya.
Belajar merupakan kegiatan yang bersifat universal dan multi
dimensional.Dikatakan universal karena belajar bisa dilakukan siapapun,
kapanpun, dimanapun. Karena itu bisa saja siswa merasa tidak butuh dengan
proses pembelajaran yang terjadi dalam ruangan terkontrol atau lingkungan
terkendali. Waktu belajar bisa saja waktu yang bukan dikehendaki siswa.Dan
untuk itulah guru dapat merekayasa segala sesuatunya. Guru dapat mengatur siswa
berdasarkan situasi yang ada ketika prosses belajar mengajar berlangsung.
b. Pengelolaan Guru
Guru adalah
orang yang bertugas membantu murid untuk mendapatkan pengetahuan sehingga ia
dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Guru harus dapat menempatkan diri
dan menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru disekolah sebagai
“bapak” kedua yang bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa
anak.
c. Pengelolaan Pembelajaran
Pengembangan
pembelajaran pendidikan agama Islam memerlukan model-model pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan isi dan hasil yang diharapkan.
d. Pengelolaan
Lingkungan Kelas
Iklim belajar
yang kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat
memberikan daya tarik tersendiri bagi proses pembelajaran. Berkenaan dengan hal
tersebut, sedikitnya terdapat tujuh hal yang harus diperhatikan yaitu : ruang
belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, pemanasan
sebelum masuk ke materi yang akan dipelajari (pembentukan kompetensi), dan bina
suasana dalam pembelajaran.
B. Tujuan
Pengelolaan Pembelajaran
Setiap
organisasi yang ingin sukses, apakah itu organisasi kemasyrakatan, pendidikan,
kelompok sementara, dan keluarga. Harus tau dan menyadari betul apa sebenarnya
yang akan dicapai melalui pembentukan organisasi.
Tujuan merupakan
komponen utama yang lebih dahulu dirumuskan guru dalam proses belajar-mengajar,
peranan tujuan sangat penting sebab menentukan arah proses belajar-mengajar.
Tujuan yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap pemilihan
bahan pelajaran, penetapan metode mengajar dan alat bantu pengajaran serta
memberi petunjuk terhadap penilaian, untuk dapat memahami persoalan tujuan akan
dijelaskan hal yang berkenaan dengan tingkat dan klasifikasi tujuan dan cara
merumuskan terutama tujuan instruksional/tujuan pengajaran.
1. Tujuan umum
pendidikan, yakni pembentukan manusia pancasila yang ditetapkan oleh pemerintah
biasanya melalui undang-undang.
2. Tujuan
institusional, yakni tujuan lembaga pendidikan berupa niat dan harapan siswa.
3. Tujuan
kurikuler, yakni tujuan bidang studi/mata pelajaran program-program pendidikan
sesuai kurikulum lembaga pendidikan.
4. Tujuan
instruksional, yakni tujuan proses belajar dan mengajar yaitu tujuan yang
hendak dicapai dalam kegiatan pendidikan sehari-hari.
C.
Fungsi-fungsi Pengelolaan dalam Pembelajaran
Ketika seorang
guru merancang pembelajaran harus dapat mengenali kebutuhan-kebutuhan dan
mewaspadai kendala-kendala serta batasan-batasan yang barang kali dijumpai dalam
realitas. Dalam mengkaji kebutuhan-kebutuhan belajar suatu program pembelajaran
direncanakan atau mulai dipertimbangkan.
Guru sebagai perencana sering mendapat informasi tentang kendala
yaitu:
1. Keterbatasan dana atau anggaran untuk mendukung pembelajaran,
2. Penyesuaian waktu dan program yang harus
dipersiapkan untuk dilaksanakan pada
tahun depan, semester depan, minggu depan atau besok.
3. Keterbatasan perlengkapan pembelajaran yang diperlukan,
4. Ruangan belajar yang tersedia dan,
5. Keterbatasan kebutuhan belajar lainnya.
Untuk memahami
materi perencanaan pengajaran atau pembelajaran ada baiknya lebih dulu memahami
manajemen atau pengelolaan, karena perencanaan merupakan bagian dari fungsi
manajemen. Seperti yang dikemukakan oleh Tery manajemen merupakan proses yang
khas terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melali pemanfaatan sumber daya manusia
serta sumber daya yang lainnya.
Winardi,
pendapat ini dipertegas lagi oleh Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1982)
mengatakan bahwa manajemen adalah suatu
tindakan, kegiatan, atau tindakan dan dengan tujuan tertentu melaksanakan
pekerjaan manajerial. Jadi, manajemen adalah suatu tindakan atau kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
menggerakkan, mengendalikan atau
melakukan pengawasan. Manajemen pembelajaran di sekolah merupakan pengelolaan
pada beberapa unit pekerjaan oleh
personil yang diberi wewenang untuk itu yang muaranya pada suksesnya program pembelajaran. Dengan
demikian mengacu pada prinsip yang dkemukakan tersebut, maka keefektifitasan
manajemen pembelajaran dapat dicapai
jika fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dapat diimpletasikan dengan
baik dan benar dalam program.
1. Penerapan fungsi perencanaan dalam kegiatan pembelajaran
Perencanaan
adalah proses penetapan dan
pemanfaatan sumber daya secara terpadu
yang diharapkan dapat menunjang kegiataan dan upaya-upaya yang akan
dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini
Gaffar (1987) menegaskan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyususnan berbagai keputusan yang akan ditentukan. Sedangkan Banghart dan
Trull (1973) mengumukakan bahwa perencanaan adalah awal dari semua proses yang
rasional, dan mengandung sifat optimisme didasarkan atas percayaan bahwa akan
dapat mengatasi berbagai macam permaslahan.
Jadi
perencanaan pembelajaran adalah awal dari semua proses yang rasional
sebagai proses penetapan, penyusunan
berbagai keputusan penyelenggaraan pembelajaran yang akan di laksanakan pada
masa yang akan datang untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pemanfaatan sumber
daya pendidikan yang tersedia secara terpadu.
Artinya perencanaan pembelajaran pada prinsipnya meliputi:
a. Menetapkan
apa yang mau dilakukan oleh guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya dalam
implemtasi pembelajaran,
b. Membatasi
sasaran atas dasar tujuan intruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan
kerjauntuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target
pembelajaran,
c. Mengembangkan alternatif-altrernatif yang sesuai dengan strategi pembelajaran,
d. Mengumpulkan
menganalisis informasi yang penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran,
e. Mempersiapkan mengkomunikasikan rencana-rencana
dan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
2. Penerapan fungsi pengorganisasian dalam kegiatan pembelajaran
Kegiatan
pengorganisasian pembelajaran bagi tiap guru dalam institusi sekolah dimaksudkan
untuk siapa yang melaksanakan tugas sesuai prinsip pengorganisasian, dengan
membagi tanggung jawab setiap personel sekolah dengan jelas sesuai dengan
bidang, wewenang, mata ajaran, dan tanggung jawabnya.
Dalam hal ini
Gorton mengemukakan pengorganisasian
adalah terbaginya tugas kedalam berbagai unsur organisasi, dengan kata lain
pengorganisasian yang efektif adalah membagi habis dan menstrukturkan tugas
kedalam sub-sub atau komponen-komponen organisasi. Sedangkan Oteng Sutisno menyatakan
bahwa pengorganisasian sebagai kegiatan menyusun stuktur dan membentuk
hubungan-hubungan agar di peroleh kesesuaian dalam usaha mencapai tujuan
bersama.
Administrsi pendidikan di
lingkungan sekolah pada dasarnya meliputi dua unsur pokok sebagai berikut :
a. Unsur menejemen admiistratif yang terdiri dari :
1) Perencanaan kegiatan sekolah,
2) Pengorganisasian sekolah,
3) Bimbingan dan pengarahan kegiatan di sekolah,
4) Koordinasi kegiatan-kegiatan di sekolah,
5) Penilaian dan kontrol kegitan di sekolah,
6) Komunikasi di sekolah.
b. Unsur menejemen operatif
yang terdiri dari :
1) Ketatausahaan
sekolah,
2) Keuangan
sekolah,
3) Kepagawaian
di sekolah,
4) Perbekalan
di sekolah,
5) Hubungan
masyarakat di sekolah.
3. Penerapan fungsi penggerakan dalam kegiatan pembelajaran
Menggerakan
(actuating) menurut Terry, berarti merangsang anggota-anggota kelompok yang
baik dalam konteks pembelajaran
disekolah tugas pengerakan dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin
instruksional, sedangkan dalam konteks penggerakan dilakukan oleh guru sebagai
penanggung jawab pembelajaran.
Penggerakan
dalam proses pembelajaran di lakukan oleh pendidik dengan suasana edukatif agar
siswa apat melaksanakan tugas belajar dengan penuh antusias, dan mengoptimalkan
kemampuan belajarnya dengan baik. Peran guru sangat penting dalam
menggerakkan dan memotivasi para
siswanya melakukan aktifitas belajar dalam kelas, laboratorium, perpustakaan,
praktek kerja lapangan dll.
Sedangkan
kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional menggerakkan personel dan potensi
sekolah untuk mendukung sepenuhnya kegiatan pembelajaran yang di kendalikan
oleh guru dalam upaya membelajarkan anak didik. Penggerakan yang dilakukan
kepala sekolah sebagai pemimpin instruksional dan guru sebagai pemimpin
pembelajaran paling tidak meliputi:
1) Menyusun
kerangka waktu dan biaya yang di perlukan baik untuk institusi maupun
pembelajaran secara rinci dan jelas,
2) Memprakarsai dan menampilkan kemimpinan dalam
melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan,
3) Mengeluarkan
instruksi-instruksi yang pesifik ke arah pencapaian tujuan,
4) Membimbing,
memotivasi, dan melakukan supervisi oleh kepala sekolah terhadap guru.
D.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Pembelajaran
1. Faktor kurikulum
Kurikulum
diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.Kegiatan itu
sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai
dan mengembangkan bahan pelajaran itu.Jelaslah bahan pelajaran mempengaruhi
belajar siswa.Kurikulum yang kurang baik berpengaruh terhadap belajar.Kurikulum
yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan
siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat
bahwa sistem intruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang
mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus
memiliki perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara
individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang
demikian.
2. Metode Mengajar
Metode mengajar
adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Mengajar itu
sendiri menurut S. Ulih Bukit Karo Karo adalah menyajikan bahan pelajaran oleh
orang kepada orang lain agar orang itu menerima, menguasai dan mengembangkannya.
Di dalam lembaga pendidikan, orang lain yang disebut di atas adalah sebagai
murid atau siswa atau mahasiswa, yang dalam proses belajar dapat menerima,
menguasai dan lebih-lebih mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara
mengajar serta cara belajar haruslah setepat-tepatnya serta seefektif mungkin.
Dari uraian di
atas jelaslah bahwa metode mengajar itu mempengaruhi belajar. Metode belajar
guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula.
Metode mengajar yang kurang baik dapat terjadi misalnya karena guru kurang
persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru menyajikanya tidak
jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu
sendiri tidak baik, sehingga siswa tidak senang terhadap pelajaran atau
gurunya.Akibatnya siswa malas untuk mempelajarinya.
3. Faktor Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar
mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi
oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga
dipengaruhi oleh relasinya. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik,
siswa akan menyukai gurunya juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan
sehingga siswa berusaha mempelajarinya dengan sebaik baiknya.
4. Faktor Relasi Siswa dengan Siswa
Guru yang
kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa di dalam
kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak
terbina bahkan hubungan masing-masing siswa tidak tampak.
Siswa yang
mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang tidak menyenangkan teman lain, mempunyai
rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan batin, akan diasingkan dari
kelompok. Akibatnya mangkin parah masalahnya dan akan terganggu pelajarannya.
Akibatnya malas masuk sekolah dengan berbagai alasan disebabkan di sekolah
mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-temanya.
5. Disiplin
Sekolah
Kedisiplinan
sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam
belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan
melaksanakan tata tertib, disiplinan pegawai atau karyawan dalam pekerjaan
administrasi dan kebersihan, keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan
lain-lain, kedisiplinan Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta
siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim dalam pelayananya kepada siswa.
Seluruh staf
sekolah yang mengikuti tata tertib dan bekerja dengan disiplin membuat siswa
menjadi disiplin pula, selain itu juga memberi pengaruh positif terhadap
pelajaranya, banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga
mempengaruhi sikap siswa dalam belajar, kurang bertanggung jawab, karena bila
tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Dengan demikian agar siswa
belajar lebih maju, siswa harus disiplin di dalam belajar baik di sekolah, di
rumah dan diperpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang
lain disiplin pula.
6. Alat Pelajaran
Alat pelajaran
erat hubunganya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai
oleh guru pada waktu mengajar yang dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan
yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat yang akan memperlancar
penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa sudah
menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya lebih giat dan lebih
maju.Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru
dapat mengajar dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula.
7. Waktu Sekolah
Waktu sekolah
adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, pagi, siang, sore
dan malam. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa.Jika terjadi siswa
terpaksa masuk sekolah pada sore hari, sebenarnya kurang dapat di
pertanggungjawabkan.Di mana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk
sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan
sebagainya.
8. Standar Pelajaran di atas Ukuran
Guru
berpendirian mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas ukuran standar.
Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru, bila banyak siswa
yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajaran, guru semacam itu merasa
senag, Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan
kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru
dalam menuntut penguasaan materi harus sesuia dengan kemampuan siswa
masing-masing. Yang penting tujuan yang telah terumuskan dapat tercapai.
9. Faktor Kehidupan Lingkungan Sekitar
Kehidupan masyarakat
sekitar adalah perlu untuk mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberi
pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan
sebaik-baiknya.
Tempat belajar
hendaknya tenag, jangan diganggu oleh perangsang-perangsang dari sekitar .untuk
belajar diperlukan konsentrasi pikiran, jangan sampai belajar sambil
mendengarkan. Akan tetapi keadaan yang terlampau menyenangkan seperti kursi
yang empuk dapat merugikan.Sebelum belajar harus disediakan segala sesuatu yang
diperlukan.Buku-buku, buku tulis, kertas, pensil dan lain-lain harus tersedia
rapi, hingga pelajaran tidak terputus karena mencari-cari buku atau meruncingkan
pensil, dan lain-lain.
10. Faktor Guru
Guru adalah
pelaksana utama penerapan pembelajaran tuntas yang meliputi: Pertama, penepatan
tujaun pembelajaran. Hal-hal: yang harus diperhatikan dalam menetapkan tujuan
pembelajaran adalah:
a) Keterkaitan
dengan kondisi yang ada dan standar kompetensi yang harus dicapai
b) Kandungan
tugas-tugas yang berkaitan dengan fakta, konsep, prosedur, aturan atau prinsip
c) Urutan
pencapaian kompetensi dan urusan indikatornya
d) Modul-modul
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan.
Kedua,
pengorganisasian pembelajaran. Ciri pengorganisasian pembelajaran dalam belajar
tuntas adalah:
a) Guru
melkukan siklus pembelajaran mulai dari persiapan, presentasi, interaksi dan
refleksi dengan pendekatan pedagogis,
b) Menetapkan sasaran pembelajaran, memperkirakan
waktu dan menginformasikan prasyarat keterampilan serta memonitor pemahaman
siswa.
c) Melakukan
proses pembelajaran.
Adapun proses pembelajaran tersebut mencakup:
(1) Pembelajaran
yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang dibaca dari lingkup dan urutan
pembelajaran yang ada pada kurikulum
(2) Menggunakan
aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan tujuan atau sasaran pembelajaran,
(3) Memberikan umpan balik yang humanis dan
akademis dengan segera
(4) Memaksimalkan
prilaku dalam bertugas dan menggunakan waktu dengan efektif
(5) Menerapkan
berbagai alternatif strategi belajar mengajar
(6) Menetapkan
acuan patokan untuk tes formatif
(7) Menyiapkan
pembelajaran remedial, tes ulang, dan kunci jawaban
(8) Menyediakan
glosari untuk istilah teknis, akronim, kepanjangan istilah.
Ketiga, melakukan evaluasi, dalam evaluasi perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
a) Menyiapkan
kisi-kisi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan matyeri ajar,
b) Menyiapkan
jenis-jenis pengukuran melalui tes formatif, tes sumatif, dan non tes,
c) Reliabilitas
dan validitas tes.
Penilaian
dilakukan untuk menentukan apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu
kompetensi mengacu ke indikator-indikator yang telah ditentukan.Tidak semua
indikator harus dinilai guru.Sekolah menetapkanminimal 75% indikator-indikator
yang dianggap sangat penting dan mewakili masing-masing kompetensi dasar dan
hasil belajarnya untuk dinilai.Untuk mengumpulkan informasi apakah suatu
indikator telah tampil pada diri peserta didik dilakukan penilaian sewaktu
pembeljaran berlangsung atau setelah pembelajaran.
11. Faktor
peserta didik
Peserta didik
dalam belajar tuntas harus memiliki sikap mandiri. Ketahanan fisik dan mental
dalam belajar, semangat mencari ilmu yang tinggi, bersungguh-sungguh dalam
belajar, dapat belajar secara mandiri, dan memiliki sifat proaktif dan mudah
berkomunikasi dengan yang lain untuk mendapatkan ilmu.
Jadi, faktor
guru dan peserta didik sangatlah berpengaruh pada ketuntasan hasil belajar,
karena guru sebagi pelaksana utama penerapan pembelajaran tuntas dan peserta
didik sebagai subjek dan objek pendidikan.
12. Kegiatan Pengajaran
Pola umum
kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik
dengan bahan perantaranya.Guru yang mengajar, anak didik yang belajar.Maka guru
adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak
didik.Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil
belajar mengajar.
13. Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi
adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh
anak didik guna kepentingan ulangan.Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas
dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik.Guru yang membuat
perencanaan yang sistematis dan penggunaan alat evaluasi.
14. Suasana Evaluasi
Pelaksanaan
evaluasi biasanya dilakukan dalam kelas masing-masing.Selama pelaksanaan
evaluasi, selama itu juga seorang pengawas mengamati semua sikap gerak gerik
yang dilakukan oleh anak didik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan pembelajaran
adalah suatu penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau
suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau
upaya mendayagunakan potensi kelas yang bertujuan dari pengelolaan pembelajaran
ini adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga
segera tercapai tujuan pengajaran secaara efektif dan efesien.Pengelolaan
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang saling berhubungan
dan saling menunjang antara berbagai unsur atau komponen yang ada di dalam
pembelajaran. Dengan kata lain,pembelajaran merupakan suatu proses mengatur,
mengkoordinasikan, dan menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen
pembelajaran.
B. Saran
Dalam pembuatan
makalah ini mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca dan terutama pada pemakalah
sendiri.Oleh karena itu pemakalah meminta kritik dan saran yang dapat untuk
membangun, demi kelancaran dan kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi.1990.Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, PT.Rineka Cipta,Jakarta
Djamarah, Syaiful Bahri dkk.1996.Strategi Belajar Mengajar,Jakarta:Rineka Cipta
Nawawi,Hadari.1989.Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga,Jakarta: PT Unung
Sagala,
Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfeta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta
Sobri, dkk. 2009.Pengelolaan Pendidikan,Yogyakarta:Multi
Pressindo
Sudiana, Nana. 2005. Dasar-dasr Proses
Belajar Mengajar, Bandung:Sinar Baru
Algensindo
Komentar
Posting Komentar